Perempuan dalam Bingkai Peradaban

Sumber gambar: pinterest.com

Sejak risalah kenabian Nabi Muhammad SAW, di sanalah peran muslimah dimulai.

Orang pertama yang memberi dukungan kepada dakwah Nabi Muhammad SAW adalah Bunda Khadijah. Beliau yang menenangkan Rasulullah. Bahkan setelah itu, beliau yang mendukung dakwah Rasulullah dengan memberikan semua hartanya untuk dakwah Rasulullah.

Makanya tidak heran di kemudian hari Rasulullah mengatakan, "Khadijah adalah orang yang harta dan jiwanya berharga untukku."

Sampai Bunda Khadijah wafat, Rasulullah membiarkan satu ruang kosong dalam hatinya tidak diisi oleh siapapun. Kecuali Bunda Khadijah. Sampai dalam mimpi yang disebut adalah Khadijah. Membuat Bunda Aisyah yang saat itu menjadi istri paling dicinta oleh Rasulullah merasa cemburu. 

"Aku tidak pernah merasa cemburu pada istri istri Nabi, kecuali Khadijah. Padahal aku tidak pernah bertemu dengannya."

Lalu, kita pun mengenal Sumayyah. Ibu Amar bin Yassir yang menjadi Syahidah pertama. Menolak mengingkari syahadatnya. 

Atau ada Laila binti Abi Hasmah. Yang berani menentang Umar bin Khattab (yang saat ini belum masuk Islam). Ketika kaum muslimin hendak hijrah akibat ditekan oleh kaum musyrikin.
Laila binti Abi Hasmah yang menggetarkan hati Umar ketika Laila mengatakan, "Kami akan hijrah akibat siksaan dari kalian."

Ada Asma binti Yazid yang bertanya pada Rasulullah, "Ketika kaum laki laki berangkat jihad, shalat berjamaah di masjid, shalat Jumat. Kami di rumah menjaga anak anak kalian. Para laki laki mendapat pahala yang banyak. Sedangkan kami di rumah menjaga anak anak kami."

Yang kemudian Rasulullah memuji, "Adakah perempuan yang memiliki pertanyaan bagus seperti dia?"

Istri - istri Rasulullah, menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. Lalu, bagaimana mereka membangun peradaban?

Mari belajar dari Bunda Aisyah, yang dari keilmuannya berhasil "melahirkan" ulama ulama generasi Tabiin. Ada Aisyah binti Thalhah, Amrah binti Abdurrahman, dll. Bahkan mayoritas ulama generasi Tabiin, termasuk ulama laki - laki di dalamnya adalah murid dari Bunda Aisyah.

Di masa kekhalifahan, setiap istri istri Rasulullah mendapat jatah masing masing sekitar 2M. Dan semua uang itu, mereka sedekahkan.

Jauh dari masa kenabian dan kekhalifahan. Kita masuk pada peradaban Bani Abbasiyah.

Ketika saat itu kaum muslimin memasuki fase keruntuhan. Salah satu bentuk keruntuhan itu adalah jatuhnya Palestina di tangan pasukan salib. Pada masa itu, para sejarawan bahkan menulis, "Darah kaum muslimin menggenang di kaki para pasukan berkuda."

Terjadi proses pemunculan tokoh, yang diinisiasi oleh Imam Al Ghazali. Beliau mengubah sistem pendidikan melalui analisanya. Sampai di kemudian hari, kita mengenal Nuruddin Zanki dan Shalahuddin Al Ayyubi.

Ketika Shalahuddin Al Ayyubi berhasil membebaskan Palestina, itu tidak lepas dari peranan muslimah. Di mana mereka gandrung dengan pengajian ilmu. Sampai ada seseorang yang dijuluki Fakhrunnisa, Musnadiyat Dimisyq. Karena semua hadist sanadnya berujung pada beliau. Artinya semua ulama di masa itu, belajar pada sosok beliau.

Islam tidak pernah kehabisan tokoh, pejuang, pemimpin bahkan ulama dari golongan perempuan.

Kita bisa belajar dari keteguhan iman Zainab Al Ghazali yang disiksa dalam penjara ketika mempertahankan keimanan dan keyakinannya di masa pemerintahan tirani Mesir.

Zaman memang sudah berbeda, teknologi semakin canggih, pemikiran mulai berubah. Tapi ada satu, yang tidak boleh hilang, yakni kontribusi muslimah. Satu hal yang mesti kita lakukan dalam melihat realitas muslimah saat ini, yaitu introspeksi.

Jika kita melihat kondisi kita sebagai da'i, maka ada satu kata kunci yang menggambarkan kita: lemah. Padahal dalam sejarah Islam, muslimah tidak pernah menunjukkan kelemahannya. Karena aib bagi Islam jika muslimah lemah. Karena akan memunculkan stigma, Islam adalah agama yang diisi perempuan perempuan lemah.

Mengapa kita lemah?

Kita hidup di masyarakat, melihat banyak ketidakadilan, kemiskinan, pelacuran secara bebas, kebodohan di tengah masyarakat. Ideologi yang merusak pemikiran umat. Tapi kita tidak memiliki banyak ilmu untuk menangani itu.

Anak anak dirusak pornografi. Dari pornografi, muncul orang - orang yang otaknya tak lagi bisa membedakan dirinya dengan hewan. Sehingga pemerkosaan merebak. Akan tetapi, kita tidak bisa banyak melakukan perubahan.

Hingga akhirnya muncul kelompok perempuan dengan jargon kebebasan, mengklaim mereka adalah gerakan pembebasan perempuan. Tapi, yang mereka lakukan saat ini justru merusak umat melalui ideologi mereka. Karena alih mengeluarkan perempuan dari kekerasan, malah membawa perempuan dalam masalah politisasi tubuh dan eksploitasi. Itulah feminisme.

Dalam sejarah, ada satu guyonan para intelektual Barat. Bahwa feminisme diambil dari kata fe-minus yang artinya kurang iman. Mereka Kampanyekan kekerasan seksual, yang dalam RUU P-KS dituliskan, "Tindakan seksual, yang dilakukan tanpa perizinan korban. Salah satunya pemerkosaan." 

Artinya, jika aktivitas seksual itu dilakukan dengan izin atau persetujuan kedua pihak, itu legal. Maka bagi mereka, menghapuskan pemerkosaan adalah dengan menjadikan seksualitas itu bebas.

"Ranjang adalah privasi," begitu jargonnya.

Mengapa kita begitu serius membahas seksualitas? Karena bagi mereka, tubuh perempuan adalah alat politik. Yang tujuannya menguasai dunia. Maka, perempuan berhak melakukan apapun pada tubuh mereka. Termasuk aborsi dan transeksual.

Dan sedikit sekali dari kita yang bisa mengcounter pemikiran dan gerakan mereka. Karena minimnya ilmu. Feminisme sendiri muncul akibat penindasan yang terjadi di Barat. Ketika gereja menghegemoni. Muncul ketidakpercayaan pada raja dan pendeta. Dan dari sinilah sekularisme.

Maka mengertilah kita bahwa feminisme ada karena ketidakpahamandan serta kebencian mereka tentang agama. Mereka juga produk dari ketidakadilan yang terjadi. Maka tugas kita menyadarkan.. bahwa bukan feminisme solusinya, melainkan Islam.

Kebahagiaan di Barat identik dengan materialisme. Sedangkan kebahagiaan dalam Islam adalah ketika kita bisa melihat Allah SWT tanpa adanya penghalang. Dan itu bisa dilakukan oleh orang - orang terpilih saja. Maka kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan yang hakiki.

Muslimah sekarang itu lemah, karena sedikitnya kapasitas ilmu kita. Para shahabiyah Nabi, berani karena luasnya ilmu. Sedangkan kita, bisa jadi kita berani tapi kurang ilmu. 

Perbaiki diri. Karena seperti kata Imam Hasan Al Banna, tingkatan pertama perubahan adalah diri sendiri. Kemudian perbaiki keluarga, perbaiki lingkungan, dll.

Miliki spesialisasi ilmu untuk dakwah. Jika ahli ekonomi, tanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Jika ahli dalam bidang pendidikan, maka didiklah masyarakat. Cerdaskan anak anak dan Ibu. Ajarkan mereka adab. Dalam bidang politik, maka ubahlah paradigma kepemimpinan. Ajarkan bagaimana Alquran. Masyarakat kita ini masih banyak yang sudah tua, tapi buta huruf Alquran.
Kemudian lakukan agenda perlindungan anak, perempuan dan keluarga

Feminis itu merasa agama adalah sumber penindasan. Maka buktikan bahwa Islam tidak pernah menindas kita kaum perempuan.

Sumber: Shafira Khairunisa, Komisi A Puskomnas FSLDK Indonesia tahun 2020.

Comments

Popular Posts